Pernahkah melihat tayangan berita bahwa seorang sosialita memiliki tas
yang harganya puluhan bahkan ratusan juta rupiah? Lalu apa yang terbayang dalam
benak kita? kalau saya pribadi langsung berucap, “itu tas yang harganya
selangit dibelinya pakai uang betulan ya? Bukan pakai daun kan?” :D hihi
Karena bagi saya, jumlahnya amat banyak. Duh, uang puluhan bahkan ratusan juta hanya untuk beli satu tas saja? OMG... Tapi itu memang terjadi. Berbagai tas branded yang menjadi kebutuhan bagi kaum sosialita sejajar harganya dengan benda berharga lainnya. Kalau berlian sih masih mending. Lha ini tas? Hihi.. seorang teman berkata, “Ngapain juga sih lo sibuk ngurusin mereka. Duit-duit mereka kelesss. Berarti mereka memang sanggup beli” Hihi...yoi mamen, memang urusan mereka ko mau beli tas yang harganya berapapun juga. Ini kan cuma sekedar komentar saja. Karena bagi saya yang tiap bulan harus mengatur keuangan sebaik-baiknya ko rasanya miris ya? Mbok ya duitnya mending dikasih saya aja gitu ya sekian persen dari harga tas :D hihi.. ngareppp. Siapa lu? :D
Dunia perempuan memang banyak perniknya. Mulai dari ujung kepala sampai
ujung kaki. Suami pernah berkata, “Jadi perempuan ko ribet banget ya. Banyak
keperluannya” lalu saya timpali, “Eits,
nggak semuanya atuh sayang...” Hmm, kembali lagi ke pribadi masing-masing. Jujur, saya pun suka
barang-barang semacam itu. Nggak dipungkiri kadang kalau melihat deretan
barang-barang itu di toko rasanya ingin bawa pulang semua. Tapi biasanya saya
langsung tarik nafas sambil berkata, “Jauhkan diriku dari godaan belanja...”
sambil komat kamit :D
Dan untunglah saya masih bisa meredam keinginan kalau masuk toko. Kalau
punya barang-barang branded dan
harganya selangit begitu apakah karena gengsi semata ataukah karena memang
mereka hobi belanja? I dont know.
Mungkin setiap orang punya alasan sendiri. Tapi kalau bicara soal hobi, rasanya
jika seseorang sudah suka dan sanggup membeli, uang sudah tidak dipertimbangkan
lagi. Kalau orang kaya begitu kali ya. Saking banyaknya uang, bingung mau diapakan
lagi. Alternatifnya ya belanja. Mending sumbangin ke saya aja atuh, Pak, Bu
kalau bingung uangnya mau dikemanakan :D ngarep lagiiii...
Dan nggak hanya kaum perempuan saja loh yang punya hobi belanja pada benda yang harganya fantastis. Tapi kaum pria juga. Kalau saya hanya bicara soal perempuan yang punya hobi mahal ko rasanya nggak adil ya? Hihi.. Lagi-lagi saya tahu dari media. Kebanyakan mereka lebih memilih barang otomotif seperti mobil atau motor. Eh, tapi nggak juga deh karena balik lagi ke orangnya suka benda apa. Saya pernah melihat ada seorang pria yang mengoleksi miniatur pesawat dan mainan yang harganya pun tidak kalah mahal. Ckckck... ngences jadinya. Hihi... bukan karena ingin punya juga barang-barang semacam itu. Tapi ngences lihat uangnya yang dibelanjakan para jutawan itu. Hihi :D
Ah, sudahlah. Lama-lama tambah stress nanti ngomongin soal uang para
jutawan. Hihi... Sebagai orang yang dibesarkan di keluarga sederhana dan di didik
untuk menghargai uang, rasanya bertolak belakang dengan apa yang saya lihat. Rasanya
suka sedih aja kalau udah ada tayangan hobi mahal lalu berganti dengan tayangan
tv yang mengulas kehidupan kaum miskin. Untuk memperoleh uang yang nggak
seberapa saja, mereka harus kerja keras dahulu. Terkadang kerja keras mereka nggak
sesuai dengan upah yang mereka dapat. Tapi pilihan mereka hanya satu. Bekerja
biar dapur tetap ngebul.
Bersyukurlah kita yang setiap harinya masih bisa makan enak dan nggak
perlu bercucuran keringat seperti mereka. Kalau sudah larut dalam tayangan tersebut,
saya bisa berkaca-kaca. Saya melihat di tv, seisi rumah hanya makan nasi aking.
Hiks..hiks.. apa enak itu ya? Bayangkan dengan harga makanan restoran mewah
yang disantap para sosialita? Sudah pasti jauh berbeda. Saya menulis ini tidak
ditujukan untuk siapa-siapa. Tetapi pengingat diri saya sendiri. Saat saya akan
membelanjakan sesuatu untuk barang-barang yang sekiranya harganya mahal, hal
ini menjadi semacam pengingat. Meskipun seandainya saya sanggup untuk membayar
harga barang tersebut, tapi rasanya hati saya tersentil. Jika saya membeli
sebuah tas mahal, diluar sana masih banyak anak-anak sekolah yang tidak
memiliki tas. Bahkan yang murah sekalipun. Pun saat saya akan membeli sebuah
alas kaki yang harganya lumayan, saya urungkan karena diluar sana masih banyak orang yang bertelanjang kaki.
sumber gambar: google.com
Saya memang tidak lantas berhenti belanja sama sekali. Tapi setidaknya mereka menjadi pengingat saya agar tidak memiliki hobi yang berlebihan dan menghabiskan banyak uang ketika membeli sesuatu. Untunglah saya masih memiliki ibu dan suami yang juga selalu mengingatkan agar tidak berlebihan dalam hal apapun termsuk belanja. Ibu saya mengatakan, “Sekalipun kamu sanggup membeli, hendaknya membeli yang wajar-wajar saja. Allah tidak suka orang yang berlebih-lebihan..” Ibuku memang juara bijaknya.
Saya memang tidak lantas berhenti belanja sama sekali. Tapi setidaknya mereka menjadi pengingat saya agar tidak memiliki hobi yang berlebihan dan menghabiskan banyak uang ketika membeli sesuatu. Untunglah saya masih memiliki ibu dan suami yang juga selalu mengingatkan agar tidak berlebihan dalam hal apapun termsuk belanja. Ibu saya mengatakan, “Sekalipun kamu sanggup membeli, hendaknya membeli yang wajar-wajar saja. Allah tidak suka orang yang berlebih-lebihan..” Ibuku memang juara bijaknya.
Lantas kalau ada yang mengatakan. “terus kalau begitu, lu aja yang beliin
sana kebutuhan mereka yang miskin kalau lu peduli...” My prennn, memiliki rasa
empati adalah awal yang baik. Dan semoga dengan begitu Allah melapangkan rezeki
kita untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan dan kalau mau beramal kan nggak
harus bilang-bilang juga toh? Hihi :D
Semoga hal seperti ini terus menjadi pengingat untuk saya. Bijak dalam
mempergunakan uang dan memiliki hobi. Punya hobi memang bukan sesuatu yang
salah. Tapi harus sesuai kemampuan dan tidak berlebihan. Betullll? Kalaupun
mungkin ya lebih baik punya hobi yang menghasilkan juga. Yang hobi makan bisa
dikembangkan menjadi peluang usaha kuliner. Atau yang suka menggambar bisa buka
usaha les melukis mungkin? Punya penghasilan lebih dan bisa dipergunakan untuk
hal-hal yang baik seperti membantu sesama akan terasa lebih istimewa dibanding
hanya menghambur-hamburkan uang untuk barang yang jumlahnya fantastis :) Kalau ada salah satu artis penggila tas mahal mengatakan bahwa tas yang ia beli itu bagian dari investasi? Hmm, rasanya ada banyak jenis investasi yang lebih terlihat bijak dan nggak berlebihan. Ini menurut saya yang orang awam loh. Hehe. Money oh money...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Salam, Lisna ^^